ISLAM DI SPANYOL PADA MASA MULUK AT-THAWAIF (MURABBITHUN, AL MUWAHHIDUN, BANI AMAR)
A.Pengantar
Sejarah telah
mencatat bahwa umat Islam pernah mencapai puncak kejayaannya dalam waktu yang
panjang pada masa lalu. Lagi umat Islam menunjukkan kejayaannya itu dengan
kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang ilmu yang di hasilkannya antara lain dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, mencapai puncaknya pada masa Bani
Umayyah yang berlangsung antara tahun ( 661-705 M), masa pemerintahan Abbasiyah
tahun ( 705-1258 M).[1]
Sejak masa
pemerintahan Bani Umayyah pada tahun ( 661 M), ekspansi yang pernah berhenti
pada masa Ali ra, kembali di lanjutkan. Hal yang sama juga di lakukan oleh
khalifah Abbasiyah yang berlangsung sejak tahun ( 705 M). Pada masa kedua
kekhalifahan ini penuh dengan kemajuan, namun tak terkecuali hanyalah
kemungkinan. Kemajuan demi kemajuan itu terwujud dalam bidang ilmu pengetahuan
dan bidang kebudayaan. Kemajuan-kemajuan Eropa saat ini tidak dapat di pisahkan
dari pemerintahan Islam di Spanyol. Islam di Spanyol banyak memberikan muata-muatan
keilmuan bagi dunia Eropa, sehingga banyak orang datang belajar di Spanyol.
Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan
pusat peradaban Islam yang sangat penting, yang menyaingi Baghdad di Timur.
Ketika itu orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruanperguruan
tinggi Islam di sana, Islam menjadi guru orang Eropa.[2]
Kemudian setelah
kekuasaan islam terlepas dari pemarintahan Bani Umayyah dan pindah ke Muluk
al-Tawaif, kondisi umat islam di spanyol kembali mengalami pertikaian internal.
Ironisnya, setiap ada perang saudara, ada yang maminta bantuan dari raja-raja
Kristen, sehingga orang kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Selanjutnya umat islam di Spanyol berada di bawah
kekuasaan Dinasti Murabithun, Muwahhidun dan Bani ahmar atau Nashriyah. Ketika
kekuasaan Bani Ahmar inilah pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan
Isabella berhasil menaklukkan umat islam yang menandai berahirnya kekuasaan
islam di tanah Spanyol atau Andalusia.[3]
Sementara itu,
yang kemudian menjadi menrik dari peradaban islam di Spanyol pada masa Muluk at
Thawaif, al-Murabbithu, Muwahiddhun, dan Ahmar adalah masalah-masalal internal
pada masing-masing pemerintahan. Yaitu terjadinya pertikaian-pertiakan intern
pada masa Muluk at-Thawaif, kemudian perpecahan Raja-raja Muslim pada masa
al-Murabbithu, Muwahiddhun, serta pada masa Ahmar yang mendapat perlawanan dari
pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan Isabella yang berhasil menaklukkan
umat islam yang menandai berahirnya kekuasaan islam di tanah Spanyol atau Andalusia.
Meskipun
demikian, dengan kehidupan politik yang tidak stabil, namu, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana
lain.[4]
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka identifkasi permasalahan yang mengemuka berkisar
pada nuansa permaslahan-permaslahan yang terjadi dan kemudian munculnya faktor
pendukung kemajuan pada masa ini berikut segala aspek yang menjadi
implikasinya. Pendekatan yang akan dipakai dalam melihat dan meninjau
permasalahan tersebut adalah melalui pendekatan sosiologis yang diharapkan bisa
memberikan gambaran mengenai gerakan faktor-faktor pendukung kemajuan pada mas
ini. Untuk itu, maka sistematika pembahasan pada tulisan dan kajian ini terpilah berturut turut pada
pengantar sebagai identifikasi masalah, bangun kerangka teoretis sebagai media
penjelas munculnya fenomena yang muncul di momen pertikaian dan kemudiaan
muncul faktor-faktor pendukung kemajuan, pemaparan materi, serta analisis.
B. Kerangka
teori
Berdasarkan
uraian identifikasi permasalahan di atas, maka jajaran teori yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Teori
Struktural Konflik
1. Asumsi dasar
· Masyarakat
senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Proses
perubahan masyarakat adat sederhana menjadi modern.
· Masyarakat
mengandung konflik di dalam dirinya (konflik antar individu, antar kelompok,
individu dengan kelompok).
· Setiap
unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya disintegrasi / perubahan
sosial (sosial ekonomi: perbedaan tingkat kemakmuran, status sosial, budaya :
pruralisme etnis, agama, politik : simbolisme ketidak adilan).[5]
2. Teori Konflik
Teori
konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi
akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula.[6]
Ada
beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis
dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam
masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam
masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi,
koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan
mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini
menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan
subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.[7]
Teori
konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam
masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat
perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun
pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan
sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut
teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan
yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh
karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.[8]
Menurut
Antonio Gramsci yang mencetuskan teori Hegemoni (yang masih bersangkutan
dengan teori konflik) menyatakan bahwa Sebuah pandangan hidup dan cara
berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan
disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan;
(ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip
religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam
makna intelektual dan moral.[9]
Gramsci
menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan
kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan.
Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui
bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai. Bentuk-bentuk persetujuan
masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan
basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif
masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang
masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi
(masyarakat dominan). Di sini terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu
bentuk dan makna kelompok yang berkuasa. Dengan demikian mekanisme penguasaan
masyarakat dominan dapat dijelaskan sebagai berikut: Kelas dominan melakukan
penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi.[10]
C.Pemaparan materi
Sejarah telah
mencatat bahwa umat Islam pernah mencapai puncak kejayaannya dalam waktu yang
panjang pada masa lalu. Lagi umat Islam menunjukkan kejayaannya itu dengan
kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang ilmu yang di hasilkannya antara lain
dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, mencapai puncaknya pada masa Bani
Umayyah yang berlangsung antara tahun ( 661-705 M), masa pemerintahan Abbasiyah
tahun ( 705-1258 M).[11]
Setelah
kekuasaan islam terlepas dari pemarintahan Bani Umayyah dan pindah ke Muluk
al-Tawaif, kondisi umat islam di spanyol kembali mengalami pertikaian internal.
Ironisnya, setiap ada perang saudara, ada yang maminta bantuan dari raja-raja
Kristen, sehingga orang kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Selanjutnya umat islam di Spanyol berada di bawah
kekuasaan Dinasti Murabithun, Muwahhidun dan Bani ahmar atau Nashriyah. Ketika
kekuasaan Bani Ahmar inilah pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan
Isabella berhasil menaklukkan umat islam yang menandai berahirnya kekuasaan
islam di tanah Spanyol atau Andalusia.[12]
Berikut penjelasannya:
1. Periode
at-Thawaif
Periode ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk
at-Thawaif.
Pada periode ini
Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar
khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muqtadir, khalifah Daulah Bani Abbas di Bagdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa
suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat
bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah
yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena
itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Awal dari
kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta
dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan actual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk IBNU ABI AMIR sebagai
pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil
menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar “al-Masyur Billah”. Ia wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi setelah Al-Muzaffar wafat pada
tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi
jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur dilanda
kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah
mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak
ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali Negara kecil yahg berpusat di kota-kota tertentu.[13]
Pada periode
ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil dibawah
pemerintahan raja-raja golongan atau “Muluk at-Thawaif”, yang berpusat di suatu
kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar
diantaranya adalah Abbadiyah di Sevilla. Pada periode ini umat Islam Spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik
Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun
kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.[14]
2. Periode
Murabbithun dan al-Muwahhidun
Pada periode ini,
meskipun Spanyol masih terpecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu
kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaann Dinasti Murabitun dan Muhawidun.
Dinasti Murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan ol;eh
Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika Utara pada tahun 1062 M. ia berhasil mendirikan
sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy, ia masuk ke Spanyol atas undangan
penguasa Islam disana yang telah memikul beban berat perjuangan mempertahankan
negerinya dari serangan orang-orang Kristen.[15]
Ia dan
tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh
untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi penguasa sesudah
Ibnu Tasyfin adalah raja yang lemah. Pada tahun 1943 M, kekuasaan dinasti ini
berakhir, baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan oleh Dinasti
Muwahidun. Pada masa dinasti Murabitun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M. di Spanyol sendiri sepeninggal dinasti ini, pada mulanya
muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada
tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart.
Dinasti ini
datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abdul Mun’im. Antara tahun 1114 M dan 1154
M, kota-kota muslim penting : Cordova, Almeria dan Granada jatuh dibawah
kekuasaannya. Untuk jangka beberapa decade, dinasti ini mengalami banyak
kemajuan kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipikul mundur. Akan tetapi, tidak
lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara
Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan
yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalakan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali
runyam, berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun
1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[16]
3. Periode
Bani Ahmar
Pada periode
ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232 –
1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nasir. Akan tetapi secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah
yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini
berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperbaiki kekuasaan.
Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantunya menjadi raja.
Dia memberontak
dan berusaha merampas kekuasaan. Dalm pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad Ibnu Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dan penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja,
Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui
perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan
terakhir umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut. Dan peda akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika
Utara. Dengan demikian beakhirlah kekuasan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat
Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggalakan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat
islam di daerah ini.[17]
D.Analisis
Melihat dari identifikasi masalah yang ada pada
pembahasan ini, yaitu peradaban islam di Spanyol pada masa
Muluk at Thawaif, al-Murabbithu, Muwahiddhun, dan Ahmar adalah masalah-masalal
internal pada masing-masing pemerintahan. Yaitu terjadinya pertikaian-pertiakan
intern pada masa Muluk at-Thawaif, kemudian perpecahan Raja-raja Muslim pada
masa al-Murabbithu, Muwahiddhun, serta pada masa Ahmar yang mendapat perlawanan
dari pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan Isabella yang berhasil menaklukkan
umat islam yang menandai berahirnya kekuasaan islam di tanah Spanyol atau Andalusia.
Meskipun
demikian, dengan kehidupan politik yang tidak stabil, namu, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana
lain.[18]
Jika dikaitkan dengan kerangka teoritis yang
dipaprkan di atas mengenai teori konfik adalah sebagai berikut:
Teori konflik adalah
teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya
konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.[19]
Jika dilihat
dari permaslah di atas bahwasanya Spanyol Islam, kemajuannya ditentukan oleh
adanya penguasa-penguasa yang kuat dan beribawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umai islam, seperti Abd ar-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nasir.
Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijakan penguasa-penguasa
lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antaranya
penguasa dinasti umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd
Rahman dan al-Hakam II al-Muntashir .
Toleransi
beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, seingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di
Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan
hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka
masing-masing.
Masyarakat
Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan
ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama
dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada
persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol,
hubungan dari Timur dan Barat tidak selalu berupa perang. Sejak abad 11 M dan
seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah islam
ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini
menunjukan bahwa, meskipun umat islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik,
terdapat yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan
politik pada masa muluk at-Thawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya
peradaban. Masa itu bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (Raja) di Malaga,
Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalo
sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di
Spanyol, Muluk al-Thawaif dan dinasti seterusnya berhasil mendirikan
pusat-pusat perdaban baru yang di antaranya justru lebih maju.
Al-Hasil
kemajuan Peradaban Islam di Spanyol dalam masa lebih dari tujuh Abad, umat
islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih
komplek. Di antarannya adalah sebagai berikut:
1. Kemajuan
Intelektual
Spanyol
adalah negara yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk
yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun
(orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari
Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan
Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk
dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan
Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Spanyol.
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah
Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama
dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn
Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada
dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.[20]
Pada abad ke 12
diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran.
Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan
lebih tebal dari Al-Qanun.[21]
b. Sains
Abbas ibn Fama
termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan
pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan
jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara
perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah
dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal.
Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan
di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika. [22]
c. Fiqh
Fiqh Dalam bidang
fikih, Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al-Rahman.
Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id
al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Sedillot berkata,
“Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan
kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan
Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq
bin Ya’qub (w. 1422 M).
d. Musik
dan kesenian
jh Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya
baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
e. Bahasa
dan sastra
Bahasa Arab telah
menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para
ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa
yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu
Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.[23]
2. Kemegahan
pembangunan Fisik
Orang-orang
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah
(Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun,
mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada. [24]
Daftar
Pustaka
Abu Zahrah, Muhammad.
Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi. 1996.
As-Siba’i, Mustafa. Peradaban
Islam Dulu, Kini dan Esok. Jakarta: Gema Insani Press. 1993.
Hasan, Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota
Kembang. 1998.
Jones, Pip. Pengantar
Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009.
K.Hitti, Philip. History
of the Arabic. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. 2006.
Mun’im, Abdul Majid. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Setia 1997.
Musyrifah, Sunanto. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur:
Penada Media. 2003.
Raho, Bernard .Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher. 2007.
Ritzer, George & J
Goodman, Douglas. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2005.
Shaban, M.A. Sejarah Islam (Penafsiran Baru). (Jakarta: Remajantara
Rosda Karya. 1993.
Supriyadi, Dedi. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2016.
Taufiqurrahman. Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. Surabaya:
Pustaka Islamika Press. 2003.
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Cet. III. Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada. 1994.
Zeitlin, M. Irving. Memahami
Kembali Sosiologi: Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1995.
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, ( Cet. III; Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada, 1994 ),
hlm. 43.
[2] M.A. Shaban, Sejarah Islam (Penafsiran Baru) , (Jakarta: Remajantara Rosda Karya, 1993), hlm
. 75.
Press, 2003), hlm. 619
[5]ibid.
[6] Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 54
[8]M. Irving Zeitlin, Memahami
Kembali Sosiologi: Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1995), hlm. 56.
[9]Pip Jones, Pengantar Teori
Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hlm. 25.
[10]George Ritzer & Douglas J
Goodman, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), hlm. 56.
[11] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, ( Cet. III; Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada, 1994 ),
hlm. 43.
[13] Philip K.Hitti, History of
the Arabic, (Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2006), hlm. 222-230.
[14] Ibid, 230.
[15] Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm. 26-27.
[16] Muhammad Abu Zahrah, Tarikh
al-Madzahib al-Islamiyyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1996), hlm. 26-29
[17] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 87-88.
Press, 2003), hlm. 619
[19] Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 54
[20] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT
Gravindo Persada, 2003), hlm 101.
[21] Mustafa As-Siba’i, Peradaban
Islam Dulu, Kini dan Esok ,(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), hlm 49.
[23] Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik,( Jakarta
Timur: Penada Media, 2003), hlm. 68-69.
[24] Ibid, 70.
Komentar
Posting Komentar